Semarang – Musik adalah alat komunikasi. Musik menjadi baik atau buruk tergantung kepada siapa yang menggunakan musik tersebut.
“Kita bicara musik sebagai wahana dakwah, sebagai alat dakwah. Itu tergantung yang menggunakan. Musik definisi saya adalah suara yang terorganisir. Jika terorganisir dengan baik maka enak didengar, jika tidak terorganisir, maka tidak enak didengar,” kata Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe Letto, Sabtu, 27 November 2021.
Sabrang berbincang soal musik dalam kegiatan Workshop Seni Musik sebagai wahana dakwah profetik di era milenial yang diselenggarakan oleh Komisi Seni Budaya dan Peradaban Islam Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini dipusatkan di Hotel Grasia, Semarang.
Lebih lanjut, Sabrang menjelaskan bahwa musik merupakan alat komunikasi. Ia seperti bahasa, yang dapat membawa keindahan atau sebaliknya, membawa keburukan. Apakah musik bisa membawa ke arah keburukan? Jawabannya, bisa.
Menurut Sabrang, musik punya gaya bahasa tertentu. Musik juga bukan objek yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dinilai aspek baik dan buruknya. Urusan musik itu beracun atau tidak itu bagi penikmat musik itu pada takarannya.
“Baik dan buruk (bagi penikmat musik) itu pada porsinya. Kalau porsinya kelebihan, pasti akan menimbulkan keburukan,” katanya.
Lebih lanjut, Sabrang mengatakan, bahwa alat musik terus berubah sepanjang zaman. Pada awalnya, musik dulu direplikasi menggunakan kayu. Awalnya, musik mereplikasi suara-suara dari alam. Kemudian dalam perkembangannya musik menjadi semakin kreatif, nada pun menjadi berkembang.
“Musik sebagai alat, itu bisa digunakan oleh siapapun. Musik tidak selalu indah, karena itu adalah alat. Berguna atau tidaknya tergantung pada pemakainya. Hemat saya, kita harus tahu strukturnya dulu. Masalahnya bukan di pisau (musiknya). Masalahnya adalah kita tidak tahu bahwa itu adalah pisau. Kalau kita belajar pegang pisau dengan benar, maka akan banyak manfaatnya,” tandasnya.
Selain Noe, bertindak sebagai narasumber adalah Habib Anis Soleh Baasin dan Dr. KH Abdul Muhayya, M.A. Kegiatan ini sebelumnya dibuka secara resmi oleh Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah Dr. KH. Ahmad Darodji, M.Si. []