Oleh Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA
(Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah)
(Semarang, 11 Januari 2017)
Assalamu’alaikum wrwb. Sahabat dan Saudaraku yang dicintai Allah. Mari kita awali pagi hari ini dengan mensyukuri nikmat Allah, setelah kita menikmati tidur dengan nyaman, bangun dengan fresh, dan merasakan betapa nikmatnya shalat tahajjud, semoga hari ini kita semua dalam keadaan baik, siang nanti kita dapatkan keberuntungan, dan di sore nanti kita bahagia dengan keberkahan. Shalawat dan salam kita senandungkan ke haribaan Bagi da Rasulullah saw, sahabat, dan pengikutnya. Semoga kita akan terima syafaat beliau. Amin.
Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan hidup dan mati, tidak hanya bagian dari model pasangan saja, seperti siang dan malam, senang dan susah, derita dan bahagia. Allah bermaksud menguji manusia mana di antara hamba-Nya yang terbaik amalnya (QS. al-Mulk, 67:2). Karena itu, Allah mengingatkan dengan sumpah, “Dan demi waktu (‘Ashar), sesungguhnya manusia sungguh berada dalam kerugian, kecuali orang-rang beriman dan beramal kebaikan, saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran” (QS. Al-‘Ashr, 103:1-3). Dalam redaksi ayat tersebut, digunakan huruf “ان” artinya “sesungguhnya” dan “lam taukid” yang artinya juga “sungguh”. Ini menunjukkan dengan penekanan, bahwa apabila manusia hidup tidak memiliki amal shalih atau amal baik, maka tidak ubahnya onggokan daging, tulang, dan kulit, yang berjalan kesana kemari dengan sia-sia bahkan merugi.
Rasulullah saw menegaskan, mulailah dari dirimu (ابدأ بنفسك) dan sekarang juga.
Saudaraku, beramal baik tidak harus dengan uang, tetapi sesuai kemampuan kita. Senyum atau tabassum saja merupakan sadaqah, tapi harus jelas yang disadaqahi, dan bertujuan baik. Sama halnya, membuang paku atau batu kerikil yang dapat membayakan orang yang melewati jalan, adalah sadaqah. Tentu sangat dianjurkan, jika sadaqah dalam bentuk uang, terlebih jika sadaqah yang berpahala secara abadi. Seperti menyisihkan sebagian rizqi untuk membangun atau merehabilitasi masjid atau jalan. Selama masjid atau jalan digunakan orang lain, maka selama itu pula, pahala akan mengalir, meskipun orang yang sadaqah sudah terbujur di liang lahat dan alam barzakh.
Marilah kita berbuat yang terbaik yang bisa kita lakukan, Allah akan melihatnya. Demikian juga Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman akan melihat amal kita (QS. At-Taubah, 9:105). Yakinlah, pahala dari kebaikan kita tidak harus menunggu di akhirat nanti. Allah menjanjikan pada siapapun yang beramal baik, laki-laki atau perempuan, dan dia beriman, maka sungguh Kami akan beri kehidupannya kehidupan yang baik (حياة طيبة) dan masih dijanjikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang kita kerjakan (QS. Al-Nahl, 16:97).
Kita mulai dari yang terkecil, dari diri kita, dan sekarang juga. Insya’a Allah, hidup kita akan terasa lebih indah dan bahagia.
Allah a’lam bi al-shawab.
Semarang, 11/1/2017.
MUI Jateng
Wassalamu’alaikum wrwb